09 Juni 2008

Ngungsi..ngungsi...

Senang ya kalo kita punya impian yang kita pikir nggak bisa terwujud, eh akhirnya kelakon (terlaksana) juga. Critanya papa punya cita-cita pengen membuat benteng pertahanan alias rumah kita ini menjadi lebih "lega". Katanya biar tempat maen mas Angga jadi lebih luas. Memang sih rumah kita bukan tergolong rumah yang segede gaban, cuman kalo dirombak dikit bisa kelihatan lebih besar. Niatan ini sudah melanglang buana di pikiran papa sejak lama, cuman karna terbentur modal jadi ya diurungkan dulu. Nahh, karena hasrat sudha membara, dan dengan mempertimbangkan simpanan dana moneter yang ada, akhirnya kita bertekad juga untuk merombak si rumah.

Langkah pertama, ngrancang desainnya dulu. Digambar-gambar, meskipun gambar amatiran (yang penting tau maksude). Setelah desain selesai, mulai survei-survei, nanya kiri-kanan kira-kira harus siapin dana brapa untuk model yang kita inginkan. Memang untuk urusan yang beginian kita gak boleh keburu-buru, mesti sabar dan tenang, soale kan mesti mikir panjang (mikir desainnya, bahannya, terlebih sih dananya, trus mesti beresin barang, trus diungsikan, ngrepotin tempat yang buat ngungsi, mesti ijin tetangga kiri kanan depan blakang, belom nanti kalo udah selesai smua harus ngatur letak barang lagi, dll deh). Jadi memang mesti dipikir mateng-mateng deh, asal jangan kegosongan aja hehehe.

Dikarenakan kapasitas rumah kita yang nggak memungkinkan untuk ditempai dikala renovasi, jadi terpaksa kita harus ngungsi. Uti dan Akung dengan senang hati menerima kedatangan kita kembali untuk tinggal di rumah blio (ya iya lahh..secara mas Angga cucu pertama, jadi gak ada penolakkan blass...) Kurang lebih 3-4 bulan, kita harus hidup menumpang. Untungnya rumah pengungsian masih satu kota dan gak sebrapa jauh, butuh waktu 15 menit aja, jadi ya kita masih bisa nengokin rumah.

Ya udah deh, mari berkemas-kemas.


Segala peralatan dan perabotan dikeluarkan dari sarangnya, terlebih yang barang elektronik harus segera diselamatkan nih.

Kalo ini senjata mama waktu action di depan kaca rias. Karena barangnya kecil-kecil dan banyak, dimasukkan ke tas aja, toh nanti waktu dikamar baru dikeluarin lagi.


Barang-barang lainnya dimasukkan ke kardus besar. Korden-kordennya dilepasin trus langsung dilaundry aja, biar ringkes. Khusus perbekalan mas Anga, langsung dibawa sak lemarinya aja. Karna percuma kalo mesti dikeluarin dulu, nanti mesti ditata lagi di tempat yang sama.

Rumah jadi kayak kapal pecah aja. Segala berantakan dan keributan dimana-mana. Barang-barangnya gak semua diungsikan di rumah Uti dan Akung, tapi ada yang ke rumah Yangti dan Yangkung (khususnya barang yang besar-besar, secara rumah Yangti lebih terjangkau dari rumah, biar kalo usung-usung lagi gak terlalu jauh). Memang bener-bener repot deh.

Lha karena dapur juga terkena imbas renovasi, jadi sementara pinjem dapur Uti dulu untuk bereksperimen. Jadi enak juga, soale semakin banyak yang bisa diminta ngincipin hasil olahan chef amatir ini.